30 November, 2010

ENGKAU WAHAI GURUKU


Dulu, aku hanyalah seorang anak muda putus asa akibat patah hati, hidup tidak punya arah dan nyaris ingin mengakhiri hidup, kemudian aku datang kepadamu menyerahkan diri untuk dibimbing menjadi orang yang berguna. Datang dengan niat untuk mengobati luka hati yang tercampakkan oleh dunia yang kejam. Masih aku ingat malam itu, Engkau wahai Guruku membentakku dengan keras karena aku tidak setuju dengan Tarekat karena bagiku Tarekat itu sebuah kata yang tabu, sebuah aliran yang penuh bid’ah dan kesesatan.

Hampir saja Engkau mengusirku dan syukur sekali malam itu aku bertahan dan tidak keluar dari Suraumu. Mengingat kenangan itu, aku ingin selalu menangis, air mataku mengalir tanpa bisa tertahan, syukur kepada Tuhan yang Maha Pemurah telah memperkenalkan dirimu wahai Guruku, kekasih Allah dimuka bumi. Sungguh, andai malam itu aku merajuk dan keluar dari suraumu, saat ini aku tidak tahu menjadi apa.

Menjadi hamba setan dan Yang pasti aku menjadi orang yang menyembah Tuhan tanpa pernah kenal dengan Tuhan yang disembah. Seperti sindiranmu kepadaku, “menyembah tuhan kira-kira”.

Aku datang kepadamu, wahai Guruku, dengan kubangan dosa dan masih tersisa lumpur-lumpur kenistaan. Aku tahu jubahmu terpecik oleh kenistaanku dan yang membuat aku selalu menangis karena Engkau berkenan menerima diri hina ini. Menerima manusia yang sakit jasmani dan rohani. Ampuni aku Wahai Guruku, karena malam itu aku berbohong padamu. Karena ketika engkau bertanya, “apakah niat kamu menempuh jalan ini karena Allah?”. Aku jawab, “Iya”, padahal jujur wahai Guru, niat aku malam itu hanya untuk berobat saja. Maka aku bisa menerima bentakanmu karena niatku memang tidak tulus.

Syukur kepada Tuhan Yang Maha Tinggi, yang telah memperkenalkan dirimu Wahai Guruku, karena kemudian setelah Allah berkenan membukakan hijabnya, ternyata aku baru sadar bahwa engkau adalah Guru Sejati, Wali Qutub, pemimpin para Wali dan cuma ada satu orang disetiap zaman. Sungguh syukur yang tidak terhingga karena engkau yang sungguh teramat mulia berkenan menerima aku sebagai muridmu. Maka disetiap langkah hidup ini, ketika ada yang menanyakan kepadaku apa kebahagiaan dan kemulyaan paling tinggi didunia ini? Tanpa ragu aku jawab, “kebahagiaan dan kemulyaan tertinggi bagiku adalah diterima menjadi murid wali, diterima menjadi muridmu wahai guruku”.

Wahai Guruku teramat mulia, sungguh dirimu adalah kekasih yang disembunyikan Allah sehingga manusia akan terhijab oleh kesederhanaanmu. Manusia pastilah mencari Guru yang jenggotnya panjang, jubahnya meriah sampai ke tanah dan surbannya tebal serta bahasa Arabnya lebih fasih dari orang Arab. Orang pasti mencari kekasih Allah dalam wujud orang yang suka pamer ilmu dan pamer ayat bahkan tanpa sadar menjual ayat-ayat Tuhan.

Engkau wahai Guruku, benar-benar sosok yang selalu menjaga kesucian jiwa, tidak ingin disanjung dan dihormati oleh manusia. Engkau hadir ditengah-tengah manusia layaknya mereka sehingga kami selalu merasa damai bersamamu. Engkau benar-benar sosok yang kami kenal, bukan sosok suci yang menjauh dari kehidupan duniawi.

Engkau Wahai Guruku, mengingatkan aku akan Rasulullah SAW, junjungan alam, yang dalam dirinya tersempunyi Nur Allah yang lewat Beliau para sahabatnya bisa berhubungan dengan Allah. Dalam dirimu aku temukan getaran itu. Getaran yang membuat roh ini melayang sampai kehadirat Allah.

Engkau wahai Guruku, mengingatkan aku akan Imam Para Sufi, Saidina Abu Bakar As-Shiddiq yang sangat dermawan yang seluruh harta dan hidupnya diserahkan untuk kejayaan Islam. Dirimu wahai Guruku mengabdi 50 tahun kepada jalan kebenaran ini tanpa memperdulikan harta bahkan selama puluhan tahun engkau tidak mempunyai tempat tinggal sama sekali sampai engkau menjadi Guru Sejati.

Engkau wahai Guruku, mengingatkan aku kepada kemegahan Islam, Saidina Umar bin Khattab yang gagah berani mempertahankan agama Islam. Dalam dirimu aku temukan keberanian Umar, yang tidak pernah mengenal kata menyerah dan putus asa.

Engkau Wahai Guruku, mengingatkan aku akan Sang Corong Ilmu, Saidina Ali bin Abi Thalib Karamalluhu wajhah. Setiap kata yang kau ucapkan penuh makna dan sarat dengan hakikat ketuhanan. Belum pernah engkau tidak bisa menjawab pertanyaanku bahkan sebelum aku bertanyapun telah engkau jawab.

Engkau wahai Guruku, mengingatkan aku akan Syekh Abu Yazid Al-Bisthami yang sempurna wahdatul wujudnya dan setiap ucapannya bisa membuat orang awam geram dan menuduh sesat. Dalam dirimu aku temukan sosok Abu Yazid, karena setiap ucapanmu tidak lain keluar dari mulutmu yang telah menyatu dengan Allah.

Engkau wahai Guruku, mengingatkan aku akan kisah Syekh Amir Kulal yang masa mudanya gagah berani, tidak pernah kalah dalam bermain gulat sampai bertemu dengan Syekh Muhammad Baba Samasi. Engkaupun di masa mudamu gagah perkasa tak tertandingi.

Engkau wahai Guruku, mengingatkan aku kepada Syekh Bahauddin Naqsyabandi yang selalu disalahkan oleh teman-teman seperguruan dan dijauhkan dari pergaulan sampai Guru Beliau menganjurkan Bahauddin muda untuk keluar dari tempat wiridnya untuk menyenangkan hati khalifah-khalifah yang lain. Dirimu wahai Guruku yang selalu menjunjung amanah Guru sehingga membuat orang lain iri dan benci kepadamu.

Engkau Wahai Guruku, mengingatkan aku akan Maulana Saidi Syekh Muhammad Hasyim Al-Khalidi, akan keteguhan hati dalam berdakwah tanpa peduli sakit dan terus semangat. Dalam dirimu aku temukan itu Guruku, karena dalam sakitpun engkau tetap membesarkan nama Tuhan.

Engkau wahai Guruku, junjunganku, pujaan hatiku, dalam dirimu bersemayam Nur Muhammad karena itu namamu menjadi Muhammad pula,

Engkau wahai Guruku adalah MUHAMMAD yang selalu pandai Ber-SYUKUR…


SERPIHAN HATIKU


Luar biasa sulit mengokohkan keistiqomahan dalam syahadatain.

sebuah perjanjian yang maha berat itu acap kali aku ucapkan setiap shalat.

Hati meyakini akan kekuatan kalimat sakral itu.

Tapi tak dapat aku pungkir, bahwa kalimat suci ini terkadang aku jualah yang mengotori.

Dengan lisan berani menjadi saksi bahwa tidak ada Illah selain Allah sang pemilik Asmaul Husna,

tapi acap kali d ikeseharianku aku jauh lebih manut dan takut kepada makhluq.

Yang sama dhaif dan lemahnya denganku.

berburuk sangka pada ketetapan-Nya.

Minim bersyukur akan nikmat,

dan mengenyahkan sabar ketika berikhtiar.Jadi hamba macam apakah aku ini?!

Astaghfirullahal adzim

Berani bersaksi bahwa

sang kekasih RasululLah Shallallahu Alaihi Wa Sallam adalah utusan Allah

yang akan meyelamatkanku dari kegelapan dunia.

Tapi mengkhatamkan siroh-nya pun harus memakan waktu yang lama.

Seolah bukan dialah sang kekasih.

Jadi pecinta macam apa aku ini?!

Duhai..

Waktu hidupku di dunia yang kecil ini

mungkin tidak lah seberapa lama lagi.

namun terlampau banyak obsesi dunia

yang meraung-raung di sudut-sudut kepalaku,

menjadikan aku sebagai budak dunia.

Ya Allah…jangan hinakan aku karena dunia.

Tapi muliakanlah aku sebagai hamba-Mu yang tunduk.

Karena aku sungguh takut…gagal bertemu denganmu dalam keimanan terbaikku.

Wallahualam bisshowab….

06 November, 2010

DOAKU UNTUK CINTA


Ya Allah... jadikanlah aku sebagai seorang hamba yang memiliki cinta yang luas.

Yang mampu melihat kehidupan dengan cinta,

Yang selalu berusaha untuk menjalani perputaran kehidupan yang Engkau berikan kesadaran

kedalamnya dengan cinta, setiap hari.

Yang selalu resah dengan penyimpangan yang hamba lakukan.

Yang selalu tergerak hatinya untuk membelanjakan hartanya,

meskipun hamba sendiri tidak berharta lebih, untuk meringankan beban

saudara-saudara hamba.

Ya Allah... jadikanlah aku sebagai seorang hamba

dengan cinta yang lahir dari kerja keras untuk menjaga rasa sayang-Mu untukku.

Yang selalu membingkai kehidupannya dengan frame cinta yang hakiki.

Yang selalu berpikir bahwa masalah terbesarnya adalah jika Engkau murka dengan semua rasa dan amalnya.

Yang selalu merasa bahwa kebahagiaan terbesarnya adalah ketika Engkau merahmati perasaan dan amalnya.

Yang ketika aku jatuh cinta, cinta itu akan membawaku kepada ketaatan.

Yang ketika aku jatuh cinta, cinta itu menghantarkanku

kepada amalan-amalan yang membuat Engkau semakin cinta kepadaku.

Yang ketika aku jatuh cinta, cinta itu membentengiku dari perbuatan ingkar dan penyimpangan.

Ya Allah... hantarkan hamba kepada kehidupan yang berkah dan penuh rahmat,

Tumbuh kembangkan perasaan hamba hanya dalam bingkai ketaatan,

Ikatkanlah selalu komitmen untuk menjaga hak-hak- Mu di dalam cinta,

ketika cinta lawan jenis hadir dalam diri hamba.

Jadikan aku sebagai hamba yang selalu mempersembahkan cinta untuk orang yang memberi hamba jaminan cinta itu berkah dan penuh rahmat.

Jadikan aku sebagai hamba yang selalu menjalankan cinta tersebut dengan muraqobah yang ketat.

Yakinkan hamba bahwa Engkau akan memberikan pendamping yang baik sesuai kualitas kebaikan diri hamba.

Ya Allah... hindarkan hamba dari cinta yang dusta,

Dekatkan hamba pada cinta yang berlindung dengan pernyataan bahwa

Engkau tahu niat hamba baik, tapi kemudian melakukan penyimpangan amal.

Jauhkan hamba dari cinta yang bisu dari pernyataan taushiah dan tuli dari bisikan kebaikan.

Jauhkan hamba dari cinta yang melenakan dan menjerumuskan kepada kehidupan yang meresahkan.

Jauhkan hamba dari cinta yang sekedar diobral dengan hiasan kemaksiatan

dan sekedar mengejar sebuah tuntutan sosial.

Jadikan cinta dalam hati hamba cinta yang terang seterang matahari.

Cinta yang penuh dengan ketulusan dan bukan basa-basi.

Cinta yang bukan sekedar kedekatan, melainkan juga tanggung jawab.

Cinta yang bukan sekedar romantika dunia, melainkan senandung mulia penduduk langit.

Jelas, terang, dan tidak ada sedikit pun yang disembunyikan.

Tetapkan cinta dalam hati hamba selalu berada dalam tingkatan ketaatan-Mu, Rasul-Mu, serta

Perjuangan yang dirindukan dan Engkau Ridoi,

Anugrahkan hamba pasangan hidup yang menyejukkan pandangan,

serta anak-anak saleh dan salehah sebagai bunga dan buahnya.

Cinta tulus, cinta murni, cinta yang hidup dan menghidupkan.

Itu saja Ya Rabb…

Dalam tenang ku memohon hanya kepadaMu…

Karena kutahu Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan Doa…

Amin..



02 November, 2010

BERHARAP


BERHARAP'
Seperti awan..
Yang menghilang diatas senja..
Menyelimuti hati dan kisi-kisi jiwa..
Bulan bersinar..
Bukan tuk terangi hatiku..
Karena
kutak mampu ucapkan sayang,
maka kucoba berlalu tanpa kata..
Karena
kutak mampu ungkapkan cinta,
hanya
kusimpan dalam raga..
Karena
kutak bisa ucapkan cemburu,
hanya
kusimpan dalam hati..
Berharap
engkau mengerti..
Semoga
tetesan embun do'a
menimbulkan asa lain dalam jiwa..
Tiada kata seindah katamu..
Tiada
kisah seharu kisahmu..
Wahai
engkau penuntun hidupku..
Wahai
engkau kitabku..
AL-QUR'AN..